Sabtu, November 15, 2008

Redemption Song for Bertha

Sarang Damai, 9 November 2008; 19:42 WIB

Lagu “Redemption Song”-nya Bob Marley yang dibawakan akustikan oleh Chris Cornell Audioslave mengalun dengan pelan di ruanganku ini. Menemaniku aku dalam kesedihanku. Lagu ini adalah lagu favorit Bertha. Tidak tahu kenapa, tiap kali aku putar lagu ini, dimanapun Bertha berada, asal dia masih bisa mendengarnya, dia akan segera menuju ke kamarku. Duduk maupun tiduran hingga terlelap.

Kali ini aku sedang memutarnya. Tapi ada yang berbeda malam ini. Walaupun Bertha mendengarnya, dia tak bisa menemaniku lagi. Walaupun dia hadir di sisiku malam ini, aku tak bisa melihatnya, aku tak bisa membelainya. Ya, Bertha telah meninggalkanku. Dia meninggal tadi siang…

Seperti halnya Marshanda 8 bulan silam, Bertha juga meregang nyawa di jalanan. Terbunuh pula dengan menyakitkan. Bertha maupun Marshanda (Gentho juga iya), bagi keluargaku tidak hanya sekedar anjing. Bagi kami mereka adalah anggota keluarga. Kehadirannya membawa kebahagiaan dan keceriaan, kehilangan mereka juga menghadirkan kesedihan, terutama bagiku. Bertha adalah anjing yang baik. Yang tidak rakus. Tidak mau mencuri biarpun ada kesempatan. Dia adalah sahabat berburu yang dapat diandalkan. Saat ini, dia sedang seneng-senengnya diajak pergi-pergi naik motor. Menu makan yang paling digemarinya untuk minggu ini adalah Bakpia dan sarden kalengan. Itu di dapur masih ada 3 kaleng yang belum sempat di buka untuknya.

Aku masih menyimpan dendam pada si pembunuh Marshanda. Kini ditambah lagi Bertha terbunuh dengan modus yang sama. Mereka diracun dengan timex (racun babi). Ya, para pelakunya adalah para pencuri anjing (they are the pieces of shit!!!). Sindikat yang aku kenal adalah Sindikat Tissue Merah (yang selalu membungkus umpan mereka dengan tissue merah). Kejadian tadi siang berbeda. Umpannya dibungkus koran. Mereka pasti menebar umpan-umpan itu semalam. Tujuan yang paling logis adalah motif ekonomi (atau mungkin untuk pesta sengsu-nan sambil nenggak minuman). Yang jelas, aku berdoa semoga suatu saat aku nge-gap mereka saat beraksi. Aku ingin melatih bakat assassin killing-ku, sekaligus menuntaskan dendam. Riflescope Norconia 4x32-ku pasti bisa diandalkan untuk aksi diam-diam berjarak 35 meter. Dengan senapan angin pompa 12 kali dan peluru sharp point baja, menembus tengkorak manusia pun mudah saja. Tapi aku tak ingin membunuh (kalau ku lakukan, lalu apa bedanya aku dengan mereka?), aku hanya ingin membuat mereka tidak dapat mengulangi perbuatannya lagi. Satu kali tembakan di lutut atau paha kanan akan menuntaskan karir kriminal mereka.

Buat Bertha: I’ll miss u so much, ta!!! Seperti lagu Redemption Song yang menjadi song of freedom bagi Marley, aku juga pengen kamu damai disana. Take care, my beloved ones!!!

0 Comments:

blogger templates 3 columns | Make Money Online