Sabtu, November 22, 2008

Mas Ipung: Sebuah Pembelajaran Lagi

Hai, Sob…

Sebaris kalimat yang menyatakan bahwa “belajar itu sepanjang hayat” kayaknya benar. Ada aja pelajaran baru yang aku dapat tiap hari. Mulai pelajaran yang sekecil biji beras ampe yang segede gajah. Dari hal-hal sepele ampe hal-hal yang krusial dalam hidup.

Hari ini yang jadi pelajaran hidup baru bagiku adalah: MENGHARGAI HIDUP. Bersyukur atas apa yang telah aku terima dalam hidup ini. Yang jadi gurunya hari ini adalah Mas Ipung (Mas Pur), pesuruh sekolahku. Sekilas mungkin tak ada yang spesial dari sosok seorang mas Ipung. Umur 35-an masih njomblo (Desember married), background pendidikan cuman SD, ngga hi-tech, buta teknologi, sedikit lemot/telmi, kumis dan jenggot tipis (sekilas malah kayak mafia Italia). Tapi kalau mau ditelisik lebih dalam, ada banyak ilmu dan pelajaran yang bisa aku petik darinya. Yang paling menonjol adalah mengenai kejujuran. Kalau diminta beli sesuatu oleh sekolah, uang kembalian 100 perak pun (kadang-kadang kembalian berupa permen) pasti dikembalikan dan kalau nggak pakai nota pasti berusaha untuk menjelaskan apa yang dibelinya sejelas-jelasnya. Pernah suatu ketika saat minuman (teh manis) untuk para guru sudah tersaji diatas meja, mas Ipung lari tergopoh-gopoh sambil membawa cendok. Dia menghampiri salah satu guru dan berkata: “nyuwun ngapunten saestu bu, gelasipun panjenengan wau dereng kula udak (aduk-red). Kula kesupen. Nyuwun ngapunten, bu”. Hanya masalah sekecil itu, Sob! Padahal buat kami itu sih nggak masalah.

Pelajaran yang lain adalah bagaimana menghargai hidup dan karunia-Nya. Kadang aku merasa kecil saat melihat mas Pur mengendarai sepeda jengki-nya. Sepeda butut yang begitu dibanggakannya. Biarpun udah sepeda tuwir, mas Ipung tetep keep in touch ama partner bepergiannya itu. Dipolesnya pake cat krom kalengan buat nutupin karat yang hampir menjalar di sekujur bodi. Sedangkan aku? Aku biar dah naik sepeda motor tetep aja gak puas dan pengen beli yang baru. Yang sesuai tuntutan jaman menurutku. Hape juga. Biar dah megang dua, aku masih juga terbersit buat beli yang Dual GSM On. Hmmm… mas Ipung ini nggak ada kaitannya ama malas dan nggak optimis. Kecil hati dan pesimis. Ini lebih menunjuk pada satu keadaan narimo. Pada satu hal yang berkaitan dengan skala prioritas. Mana yang lebih penting, itu yang didahulukan. Suatu prinsip yang satu kalipun nggak pernah aku lakuin dalam hidup ini…

Aku merasa bersalah selama ini kurang mensyukuri hidup. Kurang bisa menerima pandum yang emang telah digariskan untukku. Bangun pagi hari ini aku merasa jadi manusia baru. Yang nggak melulu berorientasi duniawi. Suck! Apa yang aku cari dan aku kejar selama ini ternyata keliru. Ada satu tujuan yang lebih utama namun sering aku kesampingkan: KEBAHAGIAAN. Yang salah satu cara terbaik untuk bisa menggapainya adalah dengan MENGHARGAI HIDUP!!! Keping-keping kebahagiaan itu tercecer di berbagai tempat, Sob. Dan dengan menghargai hidup, 50% diantaranya sudah ada dalam genggaman.

“Saat dunia membutakan matamu dengan silaunya, tutuplah kedua matamu dan lihatlah dirimu lebih dekat. Kau akan merasa dekil dan kerdil di hadapan-Nya bila kau tidak menghargai hidup yang telah dihembuskan-Nya untukmu.”
(Denaya Vincentia)

0 Comments:

blogger templates 3 columns | Make Money Online