Selasa, April 15, 2008

We’re under attack!!!

Hari Sabtu(12/04/2008) kemaren aku hunting bajing ama Teddy di daerahnya Dinot. Rencana ini udah tersusun semenjak hari Jumat pagi. Diawali dari sms kemudian Teddy telepon aku (ngasih tau juga program ‘ngomong ampe ndower’-nya Fren). Rencana sebenarnya sih Sabtu pagi aku mau servis motor, tapi setelah kena provokasi Teddy, akhirnya servis motornya Jumat sore.

Sabtu pagi, aku sudah mengira-ira untuk berangkat jam 8 agar sampai di tempat Dinot jam 9 (rencana ketemuan jam 9), tapi belom brangkat, Teddy udah nelpon untuk memastikan aku berangkat.... dasar! Jam 9 pas nyampe di rumah Dinot. Setelah naruh motor di teras, kamipun berangkat berburu bajing. Tujuan pertamanya adalah daerah Plengan, kurang lebih setengah kilo jalan kaki. Baru sekitar 50 meter menapaki aspal kampung, tiba-tiba seekor bajing jenis cluring melompat diantara pohon pandan dan bambu. Aku langsung aja mompa senapan dan pasang peluru. Teddy malah diam aja! Males katanya kalo nembak bajing cluring, udah size-nya agak kecil, baunya apek pula! Tapi buat aku sih oke-oke saja. Blepp!!! (suara senapan berperedam suara-red)... weits, gak kena! Mompa lagi dan ... blepp!!!, gak kena lagi, bro! Nyaris... nyasar di dahan doang! Melihat aku begitu antusias, Teddy juga mompa senapan Sharp Tigernya... dia intip dari riflescope 4X32-nya.... tapi si bajing keburu diselamatkan oleh rimbunnya semak. Wah, lolos nih target pertama....

Perjalanan dilanjutkan menuju ke tengah kampung. Mulai keluar aspal dan menuju jalan setapak yang menanjak. “Di pohon bambu itu pasti banyak yang sembunyi”, kata Teddy sambil nunjuk rumpun bambu diatas tegalan. Tapi, dugaan Teddy meleset... gak seekorpun keliatan! Perjalanan dilanjutkan menuju spot yang lebih pelosok... lebih seram... karena tujuannya adalah rumpun-rumpun bambu di sekitar makam! Hiii.... Aku memisahkan diri dari teddy karena aku mendengar suara khas bajing cluring. Yap, diatas pohon rambutan. Aku pompa senapan, ku bidik, dan blepp!!! Peluru termuntahkan... dan si bajing akhirnya lompat (!!!), gak kena hehehe.... (maklum, aku paling gak suka posisi tembak vertikal). Di makam, cuma ada satu bajing kelapa yang terlihat. Itupun segera sirna entah kemana (hiiii.....). Ada hiburan juga, yaitu ngejar burung ‘Bubut’ (burung Bubut = lebih gede dikit dati tekukur dengan ekor kira-kira 20cm panjangnya, warna bulu merah marun, habitat di seluruh Indonesia, populasi lumayan banyak, eatable). Wah... gak kena juga! (gak sempat menembak, burungnya jago berkelit!). Dengan lesu kami meninggalkan daerah itu untuk mencari spot lainnya. ..

Akhirnya tibalah kami di sebuah jalan setapak dengan pemandangan celah gunung dan lereng perbukitan di lembah seberang kami. Tujuan kami adalah suatu daerah bernama Duren Sawit... spot yang konon banyak bajing kelapanya (favorit Teddy). Tapi, perjalanan kami batalkan karena kami mendengar deru gergaji mesin yang tengah menebang pohon. S**t!!! Pasti udah pada ngumpet bajingnya!!! Dengan ‘bermuram durja’ kami mengubah haluan... Aku mengajak Teddy untuk mencoba mengabsen bajing di dekat SD Tanjung. Teddy mengajak menyusuri lembah (kali-red) untuk mencapai jalan desa. Dan saat itulah ormed (orientasi medan) menjadi sangat penting. Karena baru pertama kali merambah daerah itu, alhasil kesulitan juga kami menemukan jalan yang nyaman. Melompati parit, menuruni bedeng tegalan yang lumayan curam. Mengecek satu demi satu rumpun bambu. Tiba-tiba Teddy memberi kode bahwa bajing kelapa terdeteksi (cieee...) .Dia memilih turun ke kali dan aku naik ke atas bedeng. Aku pompa senapanku dan kuarahkan ke atas rimbunnya daun bambu, mencari tahu dimana si bajing. Tiba-tiba terdengar suara ‘Blepp!!!’ yang disusul bunyi ‘plak!!!’... Teddy berteriak, “kena di kaki belakang, dia menuju arahmu!!!”. Aku belingsatan mencarinya... “gak ada”, teriakku. Teddy naik untuk memastikan... darah memang ada beberapa tetes di bebatuan. Tapi si bajing sirna gak ketahuan rimbanya. Semoga aja si bajing selamat, biar bisa diburu lagi....

Dengan lesu (lagi!) karena buruan tak termiliki, kamipun segera berjalan menuju ke arah jalan aspal kampung sebelum tiba-tiba kulihat 2 ekor bajing cluring naik ke atas pohon waru. Seperti tahu kode dariku, Teddy segera memompa senapan dan menempatkan dirinya dibawah pohon waru. Aku juga memompa senapanku, aku menempatkan diriku diatas bedengan, sehingga posisiku lurus dengan pohon waru (pohon waru &aku = horizontal), posisi tembak favorit nih!!! Teddy melepaskan tembakan saat melihat si bajing. Tapi, plepp!!! Senapannya macet... pelurunya nyangkut di laras!!! Melihat si penembak bermasalah, si bajing segera ngibrit meninggalkan medan perang. Yang satu lari ke arah rerimbunan, sementara yang satu naik ke atas pohon kelapa. Saat berlari di pelepah pohon kelapa (dan berpikir si bajing aman karena telah dekat dengan shelter-nya), aku melepaskan tembakan. Plak!!! Kena!!! Tapi ternyata bukan di titik vital. Si bajing akhirnya sampai ditempat persembunyiannya! Gak mau berhenti di situ saja. Aku memberikan tembakan sporadis ke arah daun2 kelapa (janur-red). Si bajing kaget, kemudian berlari ke arah pohon waru. Larinya tidak terlalu gesit karena sebelum sampai di dahan waru, tiba-tiba, ‘Plak!!!’... tembakan Teddy tepat mengenai kepala si bajing. Si bajing mencium tanah... painless death... mati seketika!!!


Bajing Cluring

Perjalanan dilanjutkan lagi. Kali ini langsung menuju ke SD Tanjung dengan menyusuri jalan pintas (menyeberang sungai). Aku minta break bentar pada Teddy untuk me-reffil catridge karet peluruku yang tinggal separuh. Sambil menunggu aku, Teddy mengecek rimbunan bambu di simpangan jalan. Lagi asyik aku menenggak air minum, tiba-tiba terdengar suara “Plok”... Sebentar kemudian Teddy dateng sambil membawa seekor bajing kelapa (gemuk banget) yang tersungkur setelah pelipisnya dihajar peluru Teddy. Weitsss... bullseye nih, jago bener Teddy nih.... Perjalanan kami lanjutkan dengan menjinjing dua ekor bajing. Setelah menyeberang sungai, belok kiri dan sampailah kami di SD Tanjung. Tapi baru saja menyeberang mata (radar) Teddy mendeteksi pergerakan bajing di atas pohon Kakao (cokelat-red). Teddy memompa senapannya sambil mengintruksikanku naik ke ats bedeng didepanku. Wah, horizontal ni.... posisi favorit (tapi ternyata bedengnya terlalu rimbun pohon kakao). Si bajing berkelit pada tembakan pertama Teddy. Si bajing lari tepat ke arahku. Dekat sekali, kira- kira hanya 2 meter dariku. Dengan jarak segitu, si bajing malah kelihatan kabur (karena terlalu dekat) pada riflescope Norconia 4X32-ku. Belum aku menarik pelatuk, sibajing melompat ke dahan diatasku. Lalu tiba-tiba erdengar suara ‘Plok!!!’ lagi... sibajing tersungkur dengan luka menembus jantungnya. Lagi-lagi Tedy yang mengeksekusinya (-_-!).

Bajing Kelapa

Perburuan dihentikan karena hujan kemudian turun dengan lebatnya. Bajing kemudian ditongseng dan menjadi 4 porsi medium. Hmmmm... the lesson of the day adalah bahwa positioning seorang pemburu adalah wajib hukumnya. Maksudnya adalah bahwa posisi berdiri di TKP seorang pemburu akan menentukan kena/tidaknya si buruan. Posisi yang terbuka, bebas melakukan aiming dan nyaman menembak pasti hasilnya akan lebih terjamin. Selain itu ketenangan, ketepatan bidikan, dan intuisi menarik pelatuk adalah penentu hasil yang sebenarnya.

“Hmmm.... buat bajing-bajing pegunungan menoreh, kami akan kembali. Sekarang mulailah berteriak selain kik...kik...kik...kik, cobalah beteriak ‘we’re under attack!!!’, hehehe....”

0 Comments:

blogger templates 3 columns | Make Money Online