Kamis, Agustus 21, 2008

AGUSTUSANKU

Bulan Agustus nih… Identik dengan kemerdekaan, kebebasan, pahlawan, lomba-lomba, merah putih, dan liburan. Bagiku, Agustus identik dengan makan kerupuk, ngemut gulali di sekitaran arena kuda lumping (jadul banget!!!) dan merem melek di malam tirakatan.

Ada apa dengan Agustusmu? Kirim ceritamu ke alamat imeil : marcuzman@gmail.com atau ke titet_gegapgempita@yahoo.com dengan subject AGUSTUSANKU sebelum tanggal 31 Agustus (kalo terpaksanya telat ya nggak papa, akan di muat di Agustusan berikutnya). Tiga cerita terbaik (menurut Titet) akan mendapatkan satu video (via email) Happy Tree Friends dan ceritanya akan dipublikasikan lewat blog ini.

Perhatian: cerita yang masuk akan tetap menjadi hak si pengarang cerita dan setiap cerita yang dipublikasikan berhak mendapatkan royalty berupa ucapan terima kasih. Tidak melayani sumpah menyumpah dalam bentuk apapun. Surat menyurat dilayani melalui alamat imeil seperti tertulis diatas.

Indonesia 63 Tahun Sudah (Refleksi seorang Penyamun di Negara rimba)

Sudah 63 Tahun kita menginjakkan kaki di tanah merdeka, mengais rejeki sebagai orang bebas. Senikmat apakah buah dari kemerdekaan itu pada hidupmu? Yang jelas, kita tidak lagi berada dalam bayang-bayang kekejaman penjajah, kita tidak perlu lagi mengangkat senjata dan bertaruh nyawa untuk hanya leluasa berpekik ‘merdeka!’. Kita telah dibebaskan oleh mereka yang kita sebut sebagai ‘pahlawan’, entah yang dikenal maupun yang tak dikenal. Kemudian dengan apa kita harus membalas semua kebaikan mereka? Hanya dengan hal kecil sobat, yaitu dengan meneruskan perjuangan mereka. Kita hanya perlu mempertahankan idealisme dan cita-cita mereka sebagai ‘orang merdeka’, bukan budak, bukan kaum terjajah.

Tetapi apa yang kita lakukan justru sering berseberangan dengan apa yang mereka dambakan. Seharusnya kita bisa menjadi lebih baik di Negara merdeka. Tetapi, kita masih sering terjajah oleh diri kita, oleh keinginan kita mementingkan diri sendiri. Korupsi… Suatu trademark yang telah melekat dan mendarahdaging di negeri kita ini. Kita butuh pahlawan-pahlawan untuk memeranginya. Salut untuk KPK yang telah berjuang memberantas korupsi. Mereka layak disebut pahlawan dalam hal pembernatasan korupsi. Narkotika … penjajah terselubung yang menggerogoti generasi muda kita. Salut untuk Badan Narkotika Nasional dan Kepolisian yang juga telah berjuang untuk memberantas jaringan narkotika Indonesia. Salut untuk para pahlawan lingkungan hidup, para pahlawan yang senantiasa menjaga kita agar selalu nyaman di tengah ancaman global warming. Lalu, akankah kita juga bisa menjadi pahlawan seperti mereka? Jawabannya adalah: BISA! Kita tak perlu bersusahpayah untuk menjadi pahlawan nasional. Jadilah pahlawan untuk dirimu sendiri. Merdekakan dirimu dari keinginan untuk mencari kesenangan sesaat, dari keinginan untuk memiliki apa yang menjadi hak orang lain, dari hasrat merusak lingkungan, dari keinginan mementingkan diri sendiri dan mengkesampingkan orang lain. Jika kau sudah merdeka dan semua orang di Indonesia bisa menjadi pahlawan atas dirinya sendiri sepertimu, maka apa yang oleh para pahlawan kemerdekaan disebut sebagai ‘merdeka’ akan menjadi satu kata yang paling sempurna untuk menggambarkan negeri ini: INDONESIA MERDEKA!!!

life must go on ...

Beberapa waktu kemaren (tanggal 9 Agustus 2008) aku nggak sengaja ketemu Edi “Siluman” di jalan menuju rumah Dinot. Seperti ingin menjaga kredibilitasnya sebagai seorang “Siluman”, Edi selalu ada-ada aja caranya bikin kejutan. Gimana nggak, setelah berhembus kabar (cieee…) dia kerja ma Bo’im di Bengkulu, eh tiba-tiba dia sekarang dah di Jogja lagi! Usut punya usut (ciee lagi), ternyata gaji di Bengkulu cuman cukup buat nyambung hidup, gak bisa nyimpen-nyimpen buat tabungan masa depan. Alhasil, dia ma Bo’im memutuskan come back to Jogja. Eiits… feeling si siluman bekerja, akhirnya dia nyangkut bentar di Tangerang (or Bandung…lupa!) kerja di bagian administrasi sebelum akhirnya dia keterima di SMK Kristen Magelang hingga detik ini. Dari Edi juga, aku gali banyak informasi tentang temen-temen kuliah. Dapet juga! Hmmm… info yang aku dapet adalah bahwa Ruri Hungry masih nganggur, Hanik diperpanjang kontraknya di Depkes, dan info-info lowongan kerja.

Edi - Sang Siluman -

It’s time to talk about fact, dudes!

Ini beberapa fakta, kabar burung, dan cerita yang aku denger beberapa waktu ini dan belum sempet aku tulis di blog.

1.Desy Yani Liku baru aja berhasil aku kontak. Dia sekarang bekerja di sebuah perusahaan dagang. Selamat ya, Des!

2.Moko dan Felly punya dua momongan sekarang. Anak kedua mereka laki-laki

3.Siska Sakti juga dah negelahirin anak pertamanya. Lahirnya kalo nggak salah dua hari sebelum anaknya Moko. Denger-denger laki-lagi juga.

4.Mitha dah married! Tapi aku juga gat au siapa yang jadi suaminya.

5.Betty confirm ke aku… dia ngajarnya di SD, bukan di TK seperti yang kutulis di postingku sebelumnya. (Maavkan ya, Bet)

6.Sila dah kerja! Jadi guru di SMA PL Santo Yoseph Surakarta, wah…. Selamat ya!

7.Burket dah Pendadaran tanggal 1 Agustus kemaren… cihuiii Lulus nih ye!

8.Wulan keterima kerja di Wisno Grahakom tapi cuman survive selama 1 bulan coz gaji yang diterima ra nguwongke!

9.Aji dah kerja juga. Di KPRI Mekar, Denggung, Jl. Magelang Km 11, Sleman. Buat yang mau nyambangin, cari aja antara jam 9 pe jam 2 siang. Gedungnya di sebelah kantor DPC PAN Sleman.

Selamat melanjutkan hidup teman! Tuhan memberkati!

Huoo...uo....uo...(????)

Wah, super-super lama aku nggak browsing internet. Udah lama pula aku nggak nengokin email ( maav buat send email dan belum dibales!!!). Setelah cabut dari Dekanat aku emang gak pernah kota-kota (ke Jogja). Paling cuman lewat-lewat doang, ga pernah bener-bener ngeluangin waktu buat dolan ataupun ke warnet! Hmmm… aku emang lagi memfokuskan diri ke desa (kelahiranku) dan gunung yang selama 5 tahun kuliah kemaren kurang aku intensifi dan syukuri keberadaannya. Tentu tak lupa juga sambil searching gawean kesana-kemari.

Ampun dah… susah bener nyari gawean di Jogja. Surplus sarjana sih, tapi minus lowongan kerja! Kalo menurutku sih (analisa seorang Penyamun) karena jumlah orang luar Jogja (yang sarjana produk Jogja) gak mau balik ke negeri asalnya. Mereka-mereka inilah yang akhirnya menghabiskan lahan kerjaan orang Jogja. Bukannya takut bersaing atau bahkan mengusir, aku cuman prihatin aja. Bayangin ya, mereka itu sebenarnya adalah agent of change dari daerah asal mereka. Mereka seharusnya bisa jadi roda penggerak di daerah asal mereka. Memutar roda perekonomian, merubah tatanan masyarakat, menghapuskan kekolotan dan menyajikan kemajuan. Bukan di Jogja, man… tapi di daerah mereka! Efek domino-nya adalah: daerah-daerah menjadi kurang berkembang, sarjana-sarjana ASLI Jogja yang hengkang ke daerah-daerah, dan banyaknya sarjana yang klonthang-klanthung!!! Yang paling parah adalah adanya gap antara supply dan demand tenaga kerja di Jogja sehingga pihak pemakai tenaga kerja menggaji (mengupah) para sarjana ini dengan tidak nguwongke (memanusiakan-red)… dibayar 300-350 ribu sebulan (s**t!!!).

Hmmm… wahai para Pengangguran (sepertiku), marilah kita kembangkan sayap kreatifitas kita, kita semai bibit-bibit enterpreuneur kita, kita uraikan konsep dan ide-ide gila kita! Marilah kita semua menjadi Penyamun… (hmmm), Penyamun bagi peluang-peluang bisnis yang belum tersentuh… sikat habis semua peluang!!!

Hmmm…. Mulai berapi-api nih (juga mulai ngaco). BTW, buat yang belom kecantol gawean, nyante aja, man! Pasang mata baik-baik pada percik-percik peluang bisnis. Ada yang pernah bilang ke aku; “Lebih baik jadi Bos di usaha kecil milik sendiri, daripada di perusahan gede tapi cuma jadi bawahan”. Gitu, bos? Hehehe… Lebih sip lagi kalo bisa nyabet kerjaan di sektor Formal tapi juga punya sampingan di sektor Informal!

blogger templates 3 columns | Make Money Online