Senin, Oktober 06, 2008

The End of Hunting Season

Ini cerita buat yang seneng berburu… terutama buat Brother Teddy nun jauh di Batam!

Kemarau hampir mendekati ujungnya. Sudah dua hari ini hujan menyirami sebagian Jogja. Pohon-pohon di sabuk pegunungan Menoreh masih tetap saja gundul. Hanya beberapa pohon saja yang senantiasa rimbun. Mahoni, duwet, dan asem yang senantiasa menghijau. Pohon kedawung, petai, sengon, dan randu mulai bersemi. Duwet mulai berbuah, bahkan sebagian besar sudah matang. Bagi aku dan Teddy, inilah kesempatan yang bagus buat berburu. Saat akses ke pohon-pohon kakao (coklat-red) di kampung-kampung terputus (karena daun-daun meranggas sehinga tidak ada ranting estafet), maka mau tidak mau bajing-bajing akan mencari alternative pengganjal perut yang lain di alas-alas (hutan rakyat-red). Yang paling favorit tentu saja kelapa. Tetapi banyak juga yang memakan buah waru maupun duwet itu tadi. Berburu jadi lebih efektif karena kita hanya perlu menyatroni kantong-kantong persediaan makan mereka. Aku menyebutnya ‘area makan’ bajing. Ya, daerah-daerah yang hijau dan lumayan rimbun. Akan tetapi, dengan banyak meranggasnya daun-daun. Maka kamuflase untuk mendekati daerah tersebut juga susah. Saat masih ada Teddy, kami adalah pemburu dengan system counter attack… langsung sergap! Tapi sekarang, aku adalah seorang single shooter dengan prinsip assassin saat berburu, menyelinap, mencari jarak seefektif mungkin tanpa bersuara, tanpa terdeteksi kehadiranku ditengah-tengah pesta makan mereka.
Gaya berburuku ini lumayan berhasil, dengan syarat aku harus sudah berada di area hunting saat jam masih menunjukkan angkan 05:30 pagi! Ya, saat bajing-bajing baru meninggalkan sarangnya. Saat feeling survival mereka belum tajam. Saat insting mencari makan mereka sedang dipuncak-pucaknya! Hasilnya minimal 3 ekor bajing pasti tersungkur setiap kali jalan. Jarang sekali aku pulang tanpa membawa hasil. Kondisi pepohonan yang sedang meranggas juga membawa bonus lainnya. Burung kathik (deruk lumut, tekukur hijau, punai, nicobar pigeon) sedang di puncak ekosistem. Banyaknya minta ampun. Tetapi untuk urusan burung, aku emang rada kurang tajem. Paling-paling cuman berhasil menjatuhkan satu (itupun dengan syarat bahwa burungnya hinggap tanpa mengetahui kehadiranku). Burung gemak (puyuh-red) juga sedang banyak-banyaknya.
Dengan hadirnya musim hujan sebentar lagi, sepertinya musim berburu akan segera berakhir. Curah hujan yang tinggi akan memaksa SHARP INNOVA CAL.0,177-ku istirahat untuk beberapa waktu. Daun-daun yang mulai melebat, akses ke perkebunan kakao yang mulai terbuka lagi akan membuat posisi koloni bajing tercerai berai. Tersebar di berbagai penjuru. Tentu tak lupa dengan area shelter (perlindungan) bagi bajing yang melimpah. Acara hunting akan menjadi semakin lama (karena harus menyusuri seluruh lokasi berburu) dan lebih susah. Prinsip one shot one killed harus dinomorsatukan. Karena, satu kali tembakan meleset, pasti bajing akan langsung tercover oleh shelter yang melimpah!
This is the end of hunting season… sepertinya bulan November dan Desember aku akan lupakan sebentar bajing-bajing di pegunungan Menoreh. Aku akan mengangkat kail (memancing) dulu hingga tiba musim rambutan dan aku bisa melepas tembakan lagi…

Buat Brother Teddy…
Ted, ada varian senapan angin baru di Jogja. Merk-nya Steffens. Mekanisme-nya menyerupai Sharp Ace. Konstruksi dari baja, kuningan dan alumunium. Harganya 400 ribu. Aku coba test seperti yang biasa kita lakukan, dengan 2 kali pompa pelurunya hancur berkeping-keping. Dahsyat bener!!! Angle dan posisi handle body-nya ergonomic, nyaman buat nembak horizontal maupun vertical! Popor kayunya dari mahoni, tipis tapi keren bener. Mountingnya juga kompatibel untuk semua jenis riflescope. Peredam buat senapan gas dilego dengan harga 60 ribu saja. Tidak perlu disesuaikan lagi. Tinggal ulir, jamin presisi. Bikinnya pakai mesin, jadi sempurna banget! Kalau senapan gejlug, karena banyak peminatnya n harga besi naik, sekarang di Jogja dilepas dengan harga 1,7 juta.
Jenniffer, anjingnya Dinot baru aja ngelahirin. Aku berencana ngelatih 2 ekor buat jadi pemburu garangan. Soalnya beberapa waktu yang lalu aku liat orang mburu garangan cuma pakai jaring 2 x 6 meter dengan besar lobang jaring 8 x 10 cm dan dibantu 2 ekor anjing. Jaring dipasang ditengah areal sawah kemudian anjing-anjingnya menggiring garangan ke jaring. Gak mpe sejam, dapet 4 ekor loh. Ada garangan yang ketangkep ma si anjing juga. Digigit lehernya mpe hampir putus!
Kapan-kapan aku cerita-cerita lagi…

0 Comments:

blogger templates 3 columns | Make Money Online